Evolusi AI Menuju Era Generatif

Daftar Isi
Revolusi Teknologi Artificial Intelligence
Artificial intelligence (AI) adalah teknologi revolusioner yang memungkinkan mesin meniru kemampuan manusia seperti belajar, memahami, memecahkan masalah, membuat keputusan, berkreasi, dan bertindak secara mandiri. Aplikasi AI unggul dalam mengenali objek, menafsirkan bahasa manusia, mengasimilasi informasi baru, dan memberikan rekomendasi. Salah satu area penting dalam AI adalah AI generatif, yang bertanggung jawab untuk menghasilkan konten asli, termasuk teks, gambar, dan video.
Bentuk AI ini didukung oleh teknologi machine learning (ML) dan pembelajaran mendalam. Machine learning melibatkan pelatihan algoritma untuk memprediksi hasil berdasarkan data, menggunakan metode seperti regresi linier, pohon keputusan, dan jaringan saraf. Jaringan saraf, yang terinspirasi oleh otak manusia, sangat efektif dalam memproses data yang rumit. Pembelajaran terawasi, pendekatan ML yang sederhana, menggunakan data berlabel untuk melatih algoritma.
Pembelajaran mendalam, cabang dari ML, menggunakan jaringan saraf dalam dengan beberapa lapisan untuk meniru proses pengambilan keputusan manusia. Ini mengotomatisasi ekstraksi fitur dari set data yang luas dan diterapkan dalam pemrosesan bahasa alami serta visi komputer.
Model Generatif dan Aplikasi Industri
AI generatif memanfaatkan model pembelajaran mendalam untuk menghasilkan konten yang canggih sebagai respons terhadap perintah. Prosesnya beroperasi melalui tiga fase, dimulai dengan “model dasar,” yaitu model pembelajaran mendalam yang dilatih pada volume data besar. Model dasar seperti model bahasa besar (LLM) digunakan untuk menghasilkan teks, sedangkan yang lain menciptakan gambar, video, atau suara.
Pelatihan model ini membutuhkan sumber daya komputasi yang signifikan dan mahal. Inisiatif model dasar sumber terbuka, seperti Llama-2 dari Meta, memungkinkan pengembang AI generatif untuk menghindari pemrosesan GPU yang mahal. Model tersebut dapat disesuaikan untuk tugas tertentu, dengan evaluasi berkelanjutan guna meningkatkan akurasi.
Generasi yang ditingkatkan dengan pengambilan (RAG) meningkatkan model dengan menggabungkan sumber data eksternal. Agen AI adalah program otonom yang menjalankan tugas tanpa intervensi manusia. Koordinasi beberapa agen dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang kompleks. Tidak seperti chatbot, agen AI menunjukkan otonomi dan adaptabilitas, mampu membuat keputusan dan menyelesaikan tugas, seperti mengatur rencana perjalanan.
Tantangan dan Etika dalam Pengembangan AI
AI menghadirkan banyak keuntungan di berbagai industri. Teknologi ini mengotomatisasi tugas rutin dan memfasilitasi keputusan yang lebih cepat serta berbasis data. Dengan demikian, kesalahan manusia dapat diminimalkan, kinerja menjadi konsisten, dan operasi di lingkungan berbahaya lebih aman bagi manusia.
Aplikasi AI mencakup chatbot untuk customer service, deteksi penipuan, pemasaran yang dipersonalisasi, platform rekrutmen, dan alat pembuatan kode. Semua ini menyederhanakan proses, meningkatkan customer experience, serta mendorong efisiensi operasional. Potensinya mencakup berbagai sektor, menawarkan solusi inovatif dan mengubah alur kerja tradisional.
Model machine learning juga dapat menganalisis data dari sensor, perangkat IoT, dan teknologi operasional untuk memprediksi kebutuhan pemeliharaan atau kegagalan peralatan. Pendekatan ini membantu mencegah waktu henti sekaligus mengatasi tantangan rantai pasokan.
Sejarah dan Perkembangan AI
Namun, adopsi AI menghadirkan sejumlah tantangan, termasuk kerentanan data seperti peracunan, manipulasi, bias, dan serangan siber. Organisasi perlu menjaga integritas data serta menerapkan keamanan sepanjang siklus hidup AI. Pelaku ancaman bisa menargetkan model AI untuk pencurian atau manipulasi, sehingga mengkompromikan integritasnya. Risiko operasional juga mencakup pergeseran model, bias, dan kerusakan tata kelola yang berpotensi memicu kegagalan sistem maupun kerentanan keamanan siber.
Memprioritaskan keselamatan dan etika dalam pengembangan AI sangat penting untuk menghindari pelanggaran privasi dan hasil yang bias. Etika AI adalah bidang multidisiplin yang berfokus pada optimalisasi manfaat AI sambil mengurangi risiko. Tata kelola AI melibatkan mekanisme pengawasan untuk memastikan penggunaan AI yang aman dan etis, memerlukan keterlibatan pemangku kepentingan.
AI yang dapat dijelaskan membantu pengguna memahami dan mempercayai hasil algoritmik. Meminimalkan bias algoritmik serta mendorong keberagaman tim dapat mempromosikan keadilan. AI yang tangguh mampu mengelola kondisi luar biasa dan melindungi dari gangguan. Transparansi memungkinkan pengguna menilai fungsionalitas AI. Kerangka regulasi seperti GDPR menegakkan prinsip privasi dalam pemrosesan AI.
Jenis dan Tonggak Sejarah AI
Jenis AI meliputi AI Lemah, yang dirancang untuk tugas tertentu, dan AI Kuat, tingkat kecerdasan teoretis yang melampaui kemampuan manusia. Tonggak sejarah AI mencakup makalah Alan Turing tahun 1950 yang memperkenalkan Tes Turing serta John McCarthy yang menciptakan istilah “artificial intelligence” pada 1956.
Pada tahun 1967, Frank Rosenblatt mengembangkan Mark 1 Perceptron, komputer pertama berdasarkan jaringan saraf yang belajar melalui coba-coba. Namun, setahun kemudian, Marvin Minsky dan Seymour Papert menerbitkan Perceptrons, karya penting yang juga menyoroti keterbatasan jaringan saraf saat itu.
Tahun 1980 menjadi awal penggunaan luas jaringan saraf dengan algoritma backpropagation. Lalu pada 1995, Stuart Russell dan Peter Norvig menerbitkan Artificial Intelligence: A Modern Approach, buku teks terkemuka yang mengeksplorasi tujuan dan definisi AI. Dua tahun kemudian, Deep Blue dari IBM mengalahkan juara catur dunia Garry Kasparov, menandai kemajuan besar dalam AI.
Memasuki 2004, John McCarthy mengusulkan definisi AI yang sering dikutip, bertepatan dengan era big data dan cloud computing. Pada 2011, IBM Watson menang atas juara Jeopardy! Ken Jennings dan Brad Rutter, sementara ilmu data mulai populer. Tahun 2015, superkomputer Minwa dari Baidu mengklasifikasikan gambar lebih akurat daripada manusia.
Perkembangan berlanjut ketika AlphaGo dari DeepMind mengalahkan Lee Sodol pada 2016, menunjukkan kekuatan jaringan saraf dalam. Tahun 2022 menjadi tonggak lain dengan hadirnya ChatGPT dari OpenAI, yang mempopulerkan model bahasa besar. Tren terbaru memperlihatkan integrasi model multimodal dan munculnya model lebih kecil yang efisien.
Organisasi kini semakin mengandalkan AI untuk transformasi inti, bukan sekadar proyek percobaan. Strategi AI modern berfokus pada keunggulan kompetitif, peningkatan AI di seluruh bisnis, dan pengembangan AI tepercaya. Keahlian dan solusi IBM, termasuk IBM watsonx.ai, memfasilitasi pengembangan dan penerapan aplikasi AI guna mendorong pertumbuhan bisnis.